Resah
Sesak. Dada ini terasa penuh, dicekam kesal yang kian menjadi-jadi setiap kali berhadapan dengan dirinya—dia yang telah meracuni benih-benih potensi muda. Padahal, mereka diharapkan tak kehilangan arah saat mengambil keputusan besar pertama dalam hidup, keputusan yang menandai peralihan mereka menjadi manusia dewasa.
Kecewa rasanya melihat bagaimana ia terus berkoar-koar tentang satu-satunya jalan untuk menjadi "manusia sukses" dalam pandangan yang sempit dan kaku. Mereka yang terlanjur mendengar bujuk rayu tentang ambisi, tentang cara cepat menuju puncak, akan kesulitan keluar dari cangkang itu—terkungkung, kehilangan arah, dan terputus dari pikiran mereka sendiri.
Memang tidak mudah, ketika kamu akhirnya dilepaskan ke alam bebas yang buas ini. Sekali kamu bertemu yang beracun dan memesona, seakan kamu tak bisa lagi melepaskan diri dari nasihat dan kata-kata yang terdengar hebat… setidaknya, selama tahun pertamamu di sini.
Namun, aku di sini. Setelah melalui berbagai cerita hidup—yang mungkin tak seindah yang kamu kira—aku ingin membisikkan sesuatu ke telingamu, walau hanya sekali saja: Kamu adalah kamu. Kamu diciptakan unik, apa adanya. Kamu patut bangga atas gelar dan usaha yang telah kamu perjuangkan dengan keringat dan air mata hingga sampai di titik ini.
Mendengar dan terus mengikuti arus yang sama seperti semua orang, hanya akan membuatmu hanyut menuju ujung yang keruh—mata air yang tercemar oleh omong kosong dan ketidaksadaran akan keinginan diri sendiri.
Sebelum penyesalan datang menyergap di akhir hari, izinkan aku berkata: Dengarkan dirimu sendiri. Pelan-pelan, jalani apa yang kamu percaya baik untuk kita, bukan untuk orang lain.
Tutup telingamu dari suara-suara bising, dan biarkan hati serta akal budimu terbuka pada pilihan-pilihan lain yang selama ini tampak samar.
Nak, Sudah waktunya kamu berdiri untuk dirimu sendiri. Hidup adalah tentang bertahan, memberontak, dan berlomba—bukan dengan orang lain, tapi dengan dirimu sendiri.